Kamis, 20 November 2008

Pemilih Mengambang Berpotensi Golput

Tingkat pemilih yang tidak memberikan suaranya, yang sering disebut golongan putih (golput) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 diperkirakan mencapai 50 persen dari jumlah pemilih. Hal itu disebabkan jumlah pemilih mengambang (swing voter) yang besar, sekitar 35 persen, dan keterikatan pemilih terhadap partai politik (parpol) hanya 15 persen.

"Bila tidak cermat, tingkat golput akan tinggi," kata Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (Lima), Ray Rangkuti, kepada SP di Jakarta, Selasa (18/11). Keberadaan pemilih mengambang itu berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Indonesia. Menurut Ray, pemilih mengambang itu pun tetap memiliki potensi golput, bila tidak ada daya pikat parpol pada pemilu nanti.

"Sekalipun digenjot dengan iklan, tampaknya tidak akan banyak pengaruh. Lebih-lebih iklan itu tidak menawarkan perubahan apa pun," katanya. Menurutnya, iklan juga tidak berdampak jika hanya mengulang hal-hal yang umum, yang sudah dipahami masyarakat. Hal itu akan menjadi tantangan bagi parpol.

Menanggapi itu, anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sri Nuryanti mengatakan pemilih mengambang memiliki kategori, yakni pemilih pemula dan pemilih yang kecewa, sehingga berpindah pilihan. "Oleh karena itu, kami meminta bantuan media untuk menyosialisasikan pemilu agar swing voter tidak menjadi golput," katanya.

Pada kesempatan terpisah, Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR), Jeirry Sumampow, saat peluncuran buku komik Nurul Arifin, mengatakan pemilih pemula cenderung tidak diperhatikan. Kerawanan bagi pemilih pemula saat ini adalah pada masa kampanye. Pemilih pemula yang berusia 17-21 tahun kerap hanya dimobilisasi oleh parpol.


1 komentar:

le_GOWO mengatakan...

saya rasa itulah realitas yang ada, bahwa jumlah golput akan semangkin bertambah terus. sebelum gus dur mencanangkan "marilah kita golput". saya mah sudah golput duluan, sejak beberapa pemilu kebelakang, begitu mba desi.
Salam.